Oleh : Keltan
(kelana tandus)
Dulu…….
Terkadang aku
bisa tersenyum ria……..terkadang juga aku bisa menangis sendu,bersama ulasan
katamu penuh nikmat
Lalu kusemai
bibit kasih…….kupupuk pepohonan terakhir…tumbuh
subur mendambakan hati dengan satu kedamaian….
Sayang setelah
berdaun rindang…… mawar merah melati putih yang menghijau subur………kini terkulai
layu……..
Dihantam terik
sang surya tiada kenal ampun..
Dan kini…..
Hujan tiada
damparkab air pada bumi……sedang terik mentari kian membara……
dedaunan hijau
kian gersang bersama deraian tanah kian tandus,
Lalu……….kutadah
tangan kelangit……
dengan hati
bergeletar dipembaringan hampa..bersama isak nafas
tersendat
dibawa maut berlari………kau biarkan ‘kelana’ mengharap curahan hati……
Kemana
mana batas penantian kelana….
Dilangkahkan kaki keujung
jalan……..
dinanti ia diperbatasan
kota……..ditemui
ia disuatu senja……tapi sia sia….
Ah…kasihan….mengapa
ia memutus hidup seria ini……..membunuh pepohonannditerik……
Curahkan kasihmu dilubuk hati…….sebelum langit dan bumi terkatub jadi
satu.
(kelana-sudut
makam pahlawan)
5 November 1967.
…..jika didunia
kita tidak merasakan kedamaian….baiklah….
Semoga diakhirat kita kan damai…….
No comments:
Post a Comment